So,
everyone. Aku mau cerita dikit tentang cuti aku beberapa minggu
lalu. Aku ambil cuti lebih dari tiga hari
di Bulan Februari dan itu agak nggak masuk akal. Pertama, karena cuti aku
sedikit. Cuma dapat 8 – 12 tiap tahunnya, jadi mesti berhemat banget. Alasannya
mostly karena udah bikin janji
beberapa bulan sebelumnya untuk ninggalin kantor pada tanggal-tanggal tersebut.
Beberapa temen yang tau at the end of the time,
kebanyakan komentar ih kok dadakan banget? Atau, ih kok nggak ajak-ajak? Karena everyone
always love the idea of leaving the office~
Sebenernya rencana aku itu nggak dadakan,
sih. At all. Semua bermula saat
perjalanan pulang dari makan siang di Natrabu. Kebetulan kantor lagi ngadain
acara makan bareng. Acara perpisahan Kepala Pusat yang lama atau apa ya. Aku
baliknya ngikut mobil Bu Mulat, Kabid aku yang dulu. Semobil itu ada Mas Billy,
Mba Veny, dan Mba Orit. Nah, di situlah rencana cuti terbentuk.
At
the end of the day, yang ikutan jadinya Mba Orit
(sama Suami dan Mozi kyaaa Moziiii), Mas Billy, Hans, Mba Venny, and me. Nggak banyak pembicaraan juga
sih terkait ini. Kita hunting transportasi ya hunting aja di komputer Mba Orit. Ngurus surat-surat termasuk surat izin ya langsung
cus aja. Makanya tampak ujug-ujug pergi karena
preparationnya nggak heboh. Palingan pas akhir-akhir aja tuh yang agak ribet.
Fast forward, kita pergi tanggal 27 Februari
sampai tanggal 03 Maret. Kita perginya
naik pesawat karena kita ingin pergi sejauh mungkin dari Jakarta (well, me at least). Pesawatnya pagi banget, jam 5 pagi aku udah harus berangkat dari Cempaka Baru ke Soekarno Hatta.
Sebagai sleepyhead, kayaknya kurang
afdol kalau nggak telat bangun. Bener aja, jam 5 lebih aku baru bangun. Itupun
udah ditelpon berkali-kali. Secepat kilat mandi dan ganti baju, lalu
masuk-masukin bawaan yang masih ada kececer, sambil komat kamit doa supaya nggak
ada yang ketinggalan. Taksi pribadi aku udah nunggu di depan. Sopirnya udah berdiri anteng ngeliatin
aku grusah grusuh buka gerbang. Santai aja dia ngomong, “I knew it (kamu bakal
telat bangun).” Well, I... what can I do? Aku cuma bisa ngelempar dua tas gede gede yang lagi kutenteng kan? :3
Sampai di Bandara, sudah ada Mba Veny yang
menunggu dengan kecehnya pakai baju
warna ijo, sepatu boots
coklat, dan coat warna merah. Kayak pohon natal. Perjalanan kita diawali dengan naik pesawat dulu
selama dua jam ke Kuala Lumpur. Transit di KLIA, baru
kita lanjut pesawat menuju entrance point
tujuan. Dan itu butuh waktu sekitar delapan jam lagi. Sebelumnya kita sempat
khawatir, karena ini adalah penerbangan siang hari. Jadi takut cengok gitu di
pesawat. Delapan tambah dua jam mau ngapain. Tapi untungnya, sebelum berangkat aku
sempat dipinjemin buku Bound by Okky Madasari, jadi langsung aja habis 75% buku
dan hanya 10% sisa cengok. 15% lainnya buat ribet naro barang bawaan, boci, dan
makan.
Kira-kira jam 10 malam waktu
setempat, akhirnya kita sampai di tujuan. Semua lancar cuma ada sedikit drama
si Mas Billy ketahan sebentar di Imigrasi. Haha. But most of all, we were happy. That
was our first time step our feet on the promised land. Halah halah. The land full of wound but bounce back like
there was nothing happened. We arrived
safe and sound in Japan.
My only sheet of Ringgit to buy lunch in KL
My BK lunch
Begitu sampai ke tempat yang bersinyal. Don't disturb, We're saving the world!
Our Absurd Adventure will continue to the the next part.
No comments :
Post a Comment