Awalnya aku mau bikin blog post untuk ikutan blog competition gitu, udah beli produknya, foto foto heboh, nulis panjang lebar, sekitar satu jam sebelum batas akhir pengiriman baru sadar kalau aku salah beli line produknya, hahahahahaha. Mereknya sih bener, tetapi aku harusnya ngereview produk dengan tagline Smooth and Glow, akunya malah beli yang Sweet.
Ya Allah.
Gitu lho. Sering banget aku ngelakuin kesalahan bego kayak begini akhir-akhir ini. And by akhir akhir ini I mean dua tahun belakangan. Haha. Astaghfirulloh.
Anyway, dua hari ini aku lagi ketagihan membaca blognya Mbak Nina Moran, co-foundernya majalah GoGirl! Aku suka sekali, banget banget banget, sama blognya beliau. Simply because of her blunt honesty. Mbak Nina menulis gimana ceritanya beliau terjebak utang pajak sehingga harus menemui Kakanwil Pajak Jakarta Selatan untuk minta keringanan. Beliau cerita gimana uang di rekeningnya tinggal Rp200.000-an dan gimana beliau harus terancam ngejual rumah dan mobilnya untuk membayar semua utang pajak itu.
Untuk sekelas Mbak Nina, yang namanya lumayan sering aku dengar di sana-sini, agak aneh rasanya dengar beliau punya financial problem. Pun beliau menceritakannya tanpa malu-malu. Menceritakan kegagalan, rasa malu, kekecewaan, atau masalah lain yang sangat dalam ke orang lain rasa rasanya susah kita lakukan. Jangankan untuk dituliskan di blog yang pembacanya orang umum yang kita nggak bisa kontrol, seringkali cerita-cerita hal tersebut ke orang terdekat aja susahnya minta ampun.
Gengsi, nggak tau gimana cara ceritanya, nggak cukup percaya, atau bahkan alasan punya dasar personality introvert dan banyak hal lainnya yang bikin kita enggan cerita.
Tapi, permasalahannya, apakah kita patut disalahkan karena keengganan kita bercerita, sama seperti apakah patut disalahkan juga orang-orang di path yang sukanya over-sharing terlalu banyak bercerita itu?
I'm human, I have gazillion of imperfections, salah satunya termasuk imperfections of inability to tell you stories. I'm human too. Sometimes, I can't tell people anything just because I don't know how. This is truly my blunt honesty. I. Don't. Know. How.
Bukannya aku nggak punya cerita sama sekali. Banyak banget stok cerita aku. Bukan pula aku nggak jujur, punya cerita tapi berusaha ditutupi dari orang terdekat. Kadang orang terdekat jadi suka merasa sedih dan nggak dipercaya gitu sih, because I rarely sharing stories. It's funny how I used to be so open, huft. Aku nggak tau gimana solusinya, ini masih menjadi masalah sih. Untuk sekarang, yang bisa kulakukan is only saying I'm sorry. I'm sorry.
No comments :
Post a Comment