Wednesday 19 July 2017

Life: My Campus is Not The Prettiest...


Post ini akan berisi tentang cerita saya kuliah lagi. Post ini sebenarnya lebih akan ditujukan ke saya sendiri sih, sebagai pengingat, supaya saya selalu ingat kronologis ceritanya (soalnya saya pelupa berat) so hopefully future me won't take it for granted.

Beberapa waktu lalu saya sempat mengalami kegalauan akut karena saya ingin kuliah lagi tapi belum dapat izin dari kantor. Kuliah lagi itu such a big deal for me, salah satunya adalah karena saat itu adalah tahun 2016, yang berarti saya sudah do nothing selama 4 tahun. Meskipun ya saya memang bekerja selama tahun-tahun tersebut, which not necessarily do nothing as I said before sih.

Ada beberapa pertimbangan mengapa saya daftar ke universitas untuk kuliah lagi padahal kantor belum izinkan. Pertamanya, saya gagal paham sama peraturan kantor yang baru ngasih izin untuk kuliah lagi setelah total 3 tahun bekerja. Kalau belum kerja 3 tahun, kuliah saya nggak bakal diakui kantor. Karir bakal susah berkembang, bahkan mungkin stuck. Karena jenjang pendidikan masih memegang peran penting di struktur organisasi kantor. Jadi kalo nggak upgrade sekolahan agak susah mau promosi gitu deh.

Tahun kerja saya adalah 2,5. I know, tinggal sedikit lagi. Cukup enam bulan lagi maka saya sudah bisa kuliah sekaligus comply dengan peraturan kantor. Tapi setelah beberapa kontemplasi, saya sadar ini bukan masalah waktu.

Saya ingin membuktikan--pada diri saya sendiri--bahwa tetap saya yang in charge terhadap diri saya. Ini hidup saya, keputusan saya. Saya yang memutuskan apa yang mau saya ikuti dan apa yang tidak. Dalam hal ini, saya memutuskan tidak mengikuti peraturan kantor. Saya nggak mau karena kantor nggak bolehin kuliah, saya jadi terpaksa nurut. Kalaupun saya nurut, itu harus karena keputusan saya. Saya yang memutuskan untuk nurut dengan keputusan kantor. For every reason. Jadi kira-kira, apapun kondisi dan keadaannya, I want to be the decision maker of my own life. Mau terus saya hajar, ataupun saya nurut. Kira-kira gitu.

Saat itu, yang sedang dibuka pendaftarannya adalah Universitas Indonesia. Letak UI pusat di Depok memang jauh dari kantor saya di Jakarta Pusat. Tapi, UI punya kampus untuk pascasarjana dan ekstensi Fakultas Ekonomi di daerah Salemba. Cucok banget sama saya yang backgroundnya keuangan dan Salemba itu deket banget sama kantor saya. Yaaa, 20 - 40 menit kalau macet lah dan bisa 10 menit aja kalau lancar. 

Later that week, di bulan Juli, saya untuk pertama kalinya membuat akun di penerimaan.ui.ac.id. Singkat cerita, saya tes SIMAK UI di Depok tanggal 31 Juli, kemudian pengumuman penerimaan tanggal 15 Agustus. Shout out to my boyfriend (saat post ini dibuat masih boyfriend, sekarang sudah jadi suami hehe), Aditya, yang sangat suportif pada minggu-minggu belajar menjelang ujian. Pas weekend ujian aja bahkan dianter dan ditungguin dari pagi sampai sore.

Alhamdulillah saya diterima. Resmi sudah menjadi mahasiswa program ekstensi Fakultas Ekonomi UI. Mahasiswa illegal (dari sudut pandang kantor saya), dan seorang pegawai penuh waktu. Saya mau mengetikkan kalimat klise ah; dan kehidupan baru sebagai mahasiswa pun dimulai...

Jadi.. my campus is not the prettiest. Itu kompleks bangunannya asli singup, kurang terawat, dan horror. Perjalanan bisa ngampus pun bumpy :" tapi begitu kamu memasuki kelas yang sederhana itu, duduk di kursi single-bermeja-ala-mahasiswa itu, mendengarkan dosen bertutur, and your mind started to blow... semua kesulitan yang kamu hadapi jadi ngga ada artinya karena kamu sungguh bahagia.







No comments :

Post a Comment

Back to Top