Friday 18 March 2016

Stroll: JAPAN 2016! (Absurd Adventure Part Finale)


Just Got Back From Japan
Trip Duration: 1 week
Where You Stayed: Kita ke Jepang stayed di 3 kota: Osaka, Kyoto, dan Tokyo. Malam pertama, begitu kita turun dari pesawat, kita nebeng di apartemen senior di daerah Tennoji. Malam berikutnya kita menginap di infamous J-hoppers Hostel yang dekat banget sama stasiun Fukushima. Di Kyoto kita bermalam di A-yado Hostel di daerah Gion. Dan di Tokyo kita menginap di airbnb apartment di dekat stasiun Shibuya.
Best Thing I Ate: Aku secara umum cocok sama olahan makanan Jepang. Beberapa makanan yang berkesan adalah salmon yang aku makan di Yoshinoya! Selain itu onigiri murah dari 7-eleven yang isinya Tuna Mayo. Ooh, dan halal ramen di Kyoto di restoran bernama Ayam-ya. Rasa ramennya mirip banget sama masakan Indonesia. (yaiyalah, satu restoran pun pakai bahasa indo juga).


Best Daytime Activity: We were so lucky karena hari pertama tiba di Osaka bertepatan dengan flea market bulanan yang digelar di pelataran Octagonal Building Minato-Machi River Place. Best buy aku adalah jaket preloved Uniqlo seharga 300 yen atau 30.000an rupiah saja. Selain itu di Osaka aku saranin menjelajah Stasiun Osaka. Stasiun yang punya 10 lantai dan punya resto-resto yang lebih mewah daripada resto di GI. Karena kemarin kita datang saat peralihan winter-spring, kita belum dapat Sakura. Tetapi masih ada Plum Blossom yang worth to see (and photographed!) di pelataran Osaka Castle.


Kyoto punya vibe yang lebih tradisional. Go to Yasaka Shrine, also known as Gion Shrine sebelum menuju Kiyomizu-dera. Jalan kaki ke Kiyomizu-dera akan melewati lima lantai Yasaka Pagoda dan distrik Higashiyama with its preserved historic street. Jangan lupa beli beberapa souvenir dan yang paling utama, matcha ice cream! Pada malam hari, saat itu kita sengaja melewati Pontocho, a traditional atmospheric narrow alley di bantaran sungai Kamogawa and hoped to see a glimpse of geisha (without realizing we were staying in the largest geisha area).

Kyoto best spot selanjutnya adalah Kinkakuji, a golden pavillion di Kyoto utara yang seluruh bangunan lantai 2 dan 3-nya dilapisi gold leaf. Kamu bisa beli ramalan out of vending machine, matcha, and sweets di area Kinkakuji.

Next spot is Arashiyama Bamboo Park. So famous, pertama kali lihat di salah satu episode WGM and I kind of promised to my self and hoped to go there (and God granted my wish). We accidentally met DJ Winky Wiryawan and  his wife, supermodel Kenes there.

Wajib juga mendatangi Fushimi Inari Shrine, shrine di Kyoto selatan, yang dijaga parallel rows of gates called Senbon Torii (thousand of torii gates), gerbang berwarna oranye yang muncul di film Memoirs of Geisha. For me, this particular place felt so romatinc so I really wanted to see the movie afterwards.
Tokyo feels more modern and energetic (of course!) Saking banyaknya tourism spot di Tokyo, saat itu kita mencar dan datangi tematik places sesuai dengan keinginan masing-masing. Untuk wota dan anime freak bisa ke Akihabara, mau belanja bisa ke Shibuya. Yang berkesan saat cari oleh-oleh sih, karena banyak banget tax-free stores di Tokyo.

Serbuan minions di Osaka Castle

Menunggu bis di depan Kyoto Tower/Kyoto Sta

Salju di Kinkakuji

Five stories Pagoda dalam perjalanan menuju ke Kiyomizu-dera


Someone's dizzy

Eating dead hot Takoyaki in dead cold weather

Senbon Torii dan nama-nama donaturnya tertulis di bagian belakang

Accidently met DJ Winky and Mbak Kenes

Trip Highlight: Melewati Shibuya crossing dan mengunjungi Hachiko. And I won’t forget saat nyaris ditinggal sendirian di hostel with a random Italian guy just because Mas Billy dan Hans mau nonton adult live show. OOOH, and we saw snow for the first time in Kyoto. Kita teriak-teriak norak kayak indon (emang indon).
And I couldn’t write this Japan trip experience without mentioning my meet up with Tissa, highscool deskmate/absurd mate. She works in Kobe and had to go to Osaka for our meet up. We ended up strolling Shinsaibashi the 600 meters length shopping center and enjoying the almost naked Glico Man together.

This precious grainy photo

Could not Leave Home Without... Jackets and sweaters. Dan masker dan sarung tangan dan kaos kaki. Bawa sebanyak yang kamu mampu. Also, all kind of moisturizers. Lips, body, face. Mostly disebabkan cuaca yang masih sangat dingin saat kita di sana (we through -2 C).  Oh, dan tolak angin dan all purpose hot cream. Pokoknya, rumusnya adalah body lotion on day time dan hot cream on night time.  (sorry for the excessive cold weather prep, we’re tropical babes so....)
I wish I had gotten a chance to experience... The Tsukiji Fish Market. And Ghibli museum in Mitaka, hanya 15 menit dari Shinjuku Sta! Damn, aku baru tau Ghibli punya museum a few days after I left Japan. Sebagai penggemar Ghibli dan Spirited Away aku merasa gagal.
Why Japan?  I made a full post explaining why we came to this beautiful country. We didn’t regret it and looking forward to go again sometime in next few years. Only so we can reminscing we’ve been here and there. J

Pics by Me and Mas Billy and Hans and Mba Veny (gak yakin siapa motret yang mana)
This post is made with questions from Harper Bazaar Article.

http://www.harpersbazaar.com/culture/travel-dining/a14543/just-back-from-merida/

Saturday 12 March 2016

Stroll: We Flew Out Of Jakarta! (Absurd Adventure Part 1)


So, everyone. Aku mau cerita dikit tentang cuti aku beberapa minggu lalu. Aku ambil cuti lebih dari tiga hari di Bulan Februari dan itu agak nggak masuk akal. Pertama, karena cuti aku sedikit. Cuma dapat 8 – 12 tiap tahunnya, jadi mesti berhemat banget. Alasannya mostly karena udah bikin janji beberapa bulan sebelumnya untuk ninggalin kantor pada tanggal-tanggal tersebut. Beberapa temen yang tau at the end of the time, kebanyakan komentar ih kok dadakan banget? Atau, ih kok nggak ajak-ajak? Karena everyone always love the idea of leaving the office~

Sebenernya rencana aku itu nggak dadakan, sih. At all. Semua bermula saat perjalanan pulang dari makan siang di Natrabu. Kebetulan kantor lagi ngadain acara makan bareng. Acara perpisahan Kepala Pusat yang lama atau apa ya. Aku baliknya ngikut mobil Bu Mulat, Kabid aku yang dulu. Semobil itu ada Mas Billy, Mba Veny, dan Mba Orit. Nah, di situlah rencana cuti terbentuk.

At the end of the day, yang ikutan jadinya Mba Orit (sama Suami dan Mozi kyaaa Moziiii), Mas Billy, Hans, Mba Venny, and me. Nggak banyak pembicaraan juga sih terkait ini. Kita hunting transportasi ya hunting aja di komputer Mba Orit. Ngurus surat-surat termasuk surat izin ya langsung cus aja. Makanya tampak ujug-ujug pergi karena preparationnya nggak heboh. Palingan pas akhir-akhir aja tuh yang agak ribet.

Fast forward, kita pergi tanggal 27 Februari sampai tanggal 03 Maret. Kita perginya naik pesawat karena kita ingin pergi sejauh mungkin dari Jakarta (well, me at least). Pesawatnya pagi banget, jam 5 pagi aku udah harus berangkat dari Cempaka Baru ke Soekarno Hatta. Sebagai sleepyhead, kayaknya kurang afdol kalau nggak telat bangun. Bener aja, jam 5 lebih aku baru bangun. Itupun udah ditelpon berkali-kali. Secepat kilat mandi dan ganti baju, lalu masuk-masukin bawaan yang masih ada kececer, sambil komat kamit doa supaya nggak ada yang ketinggalan. Taksi pribadi aku udah nunggu di depan. Sopirnya udah berdiri anteng ngeliatin aku grusah grusuh buka gerbang. Santai aja dia ngomong, “I knew it (kamu bakal telat bangun).” Well, I... what can I do? Aku cuma bisa ngelempar dua tas gede gede yang lagi kutenteng kan? :3

Sampai di Bandara, sudah ada Mba Veny yang menunggu dengan kecehnya pakai baju warna ijo, sepatu boots coklat, dan coat warna merah. Kayak pohon natal. Perjalanan kita diawali dengan naik pesawat dulu selama dua jam ke Kuala Lumpur. Transit di KLIA, baru kita lanjut pesawat menuju entrance point tujuan. Dan itu butuh waktu sekitar delapan jam lagi. Sebelumnya kita sempat khawatir, karena ini adalah penerbangan siang hari. Jadi takut cengok gitu di pesawat. Delapan tambah dua jam mau ngapain. Tapi untungnya, sebelum berangkat aku sempat dipinjemin buku Bound by Okky Madasari, jadi langsung aja habis 75% buku dan hanya 10% sisa cengok. 15% lainnya buat ribet naro barang bawaan, boci, dan makan.

Kira-kira jam 10 malam waktu setempat, akhirnya kita sampai di tujuan. Semua lancar cuma ada sedikit drama si Mas Billy ketahan sebentar di Imigrasi. Haha. But most of all, we were happy. That was our first time step our feet on the promised land. Halah halah. The land full of wound but bounce back like there was nothing happened. We arrived safe and sound in Japan.

My only sheet of Ringgit to buy lunch in KL

My BK lunch


Begitu sampai ke tempat yang bersinyal. Don't disturb, We're saving the world!





Our Absurd Adventure will continue to the the next part.

Tuesday 8 March 2016

Life: A Blunt Honesty

Awalnya aku mau bikin blog post untuk ikutan blog competition gitu, udah beli produknya, foto foto heboh, nulis panjang lebar, sekitar satu jam sebelum batas akhir pengiriman baru sadar kalau aku salah beli line produknya, hahahahahaha. Mereknya sih bener, tetapi aku harusnya ngereview produk dengan tagline Smooth and Glow, akunya malah beli yang Sweet.

Ya Allah.

Gitu lho. Sering banget aku ngelakuin kesalahan bego kayak begini akhir-akhir ini. And by akhir akhir ini I mean dua tahun belakangan. Haha. Astaghfirulloh.

Anyway, dua hari ini aku lagi ketagihan membaca blognya Mbak Nina Moran, co-foundernya majalah GoGirl! Aku suka sekali, banget banget banget, sama blognya beliau. Simply because of her blunt honesty. Mbak Nina menulis gimana ceritanya beliau terjebak utang pajak sehingga harus menemui Kakanwil Pajak Jakarta Selatan untuk minta keringanan. Beliau cerita gimana uang di rekeningnya tinggal Rp200.000-an dan gimana beliau harus terancam ngejual rumah dan mobilnya untuk membayar semua utang pajak itu.

Untuk sekelas Mbak Nina, yang namanya lumayan sering aku dengar di sana-sini, agak aneh rasanya dengar beliau punya financial problem. Pun beliau menceritakannya tanpa malu-malu. Menceritakan kegagalan, rasa malu, kekecewaan, atau masalah lain yang sangat dalam ke orang lain rasa rasanya susah kita lakukan. Jangankan untuk dituliskan di blog yang pembacanya orang umum yang kita nggak bisa kontrol, seringkali cerita-cerita hal tersebut ke orang terdekat aja susahnya minta ampun.

Gengsi, nggak tau gimana cara ceritanya, nggak cukup percaya, atau bahkan alasan punya dasar personality introvert dan banyak hal lainnya yang bikin kita enggan cerita.

Tapi, permasalahannya, apakah kita patut disalahkan karena keengganan kita bercerita, sama seperti apakah patut disalahkan juga orang-orang di path yang sukanya over-sharing terlalu banyak bercerita itu?

I'm human, I have gazillion of imperfections, salah satunya termasuk imperfections of inability to tell you stories. I'm human too. Sometimes, I can't tell people anything just because I don't know how. This is truly my blunt honesty. I. Don't. Know. How.

Bukannya aku nggak punya cerita sama sekali. Banyak banget stok cerita aku. Bukan pula aku nggak jujur, punya cerita tapi berusaha ditutupi dari orang terdekat. Kadang orang terdekat jadi suka merasa sedih dan nggak dipercaya gitu sih, because I rarely sharing stories. It's funny how I used to be so open, huft. Aku nggak tau gimana solusinya, ini masih menjadi masalah sih. Untuk sekarang, yang bisa kulakukan is only saying I'm sorry. I'm sorry.
Back to Top