Sunday, 6 August 2017

Life: Pengalaman Jadi Mahasiswa di Ekstensi FEB UI


My doubts and principles tentang perkuliahan di post sebelumnya murni subjektif. Tapi post yang ini insya Allah agak objektif karena ada objeknya yaah.

Jadi, apa pendapat saya tentang kampus Ekstensi FEB UI? Ini beberapa reviewnya, ya. Dan sungguh maaf buat semua yang belum mengenal saya, I'm the queen of everything random. Kemungkinan review ini juga bakal sangat ngga jelas. Tapi semoga masih informatif, ya.

(saya masuk Esktensi UI tahun 2016, jadi mungkin masih relevan di timeline yang ngga jauh-jauh dari tahun tersebut)

1. Well, my campus is not the prettiest, but it's so gorg in a exotic creepy way. Kampus Ekstensi UI terdapat di dua tempat, yaitu di Depok dan Salemba. Saya memilih kampus UI di Salemba karena lebih dekat dengan kantor. Di UI Salemba ini terdapat program/jurusan lain juga selain ekstensi, di antaranya ada pasca sarjana UI dan FKUI. Jadi setiap berangkat kuliah, setelah masuk kompleks kampus, saya harus melewati Rumah Duka/Tempat Penurunan Jenazah karena kampus saya masih satu kompleks dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Fakultas Kedokteran UI. Padahal saya kuliah malam terus, dari jam 19.00 sampai 21.30. Saya bahkan pernah kelar kuliah Pengantar Bisnis jam 22.30. Ditambah pula bangunannya seperti kastil angker di Braubach, Jerman. Yah, pokoknya kalau jalan sendirian malam-malam gitu biasanya sih saya takut. 

2. Officially, kuliah itu cuma hari Senin sampai Jumat saja. Tapi prakteknya, saya lumayan sering juga masuk kuliah hari Sabtu karena ada asistensi Pengantar Akuntansi dan lab Statistika Ekonomi dan Bisnis (Statek) untuk semester satu dan bahkan masuk kuliah setiap hari Sabtu di semester dua.

3. Semester kemarin dapat dosen yang lumayan enak semuanya. Nah, di sini ini saya recommend banget UI buat kamu yang niatnya beneran mau belajar. Meskipun begitu, banyak testimoni dari senior, bilang kalau kuliah di ekstensi UI itu lama, banyak tugas, dan dapet nilainya susah. Jadi buat yang niat kuliahnya biar dapat gelar aja, saya sarankan pikir-pikir lagi soalnya harus di-nurture banget kuliahnya.

4. Nah, kalau kata saya, dari segi lama waktu kuliahnya, itu bener. Karena kuliah ekstensi di UI itu standarnya 2,5 - 3 tahun. Misalnya kamu DIII Pariwisata nglanjutin ke S1 Manajemen, maka kamu sudah diplot dari UI untuk selesai dalam jangka waktu 3 tahun, karena mata kuliah yang bisa ditransfer lebih sedikit. Kalau kamu DIII Akuntansi ke S1 Akuntansi, standar di UI adalah 2,5 tahun. Dan itu baru standarnya, belum termasuk kalau ada mata kuliah yang nggak lulus lho. Padahal di kampus lain kuliah ekstensi standarnya 2 tahun. Bahkan ada yang 1,5 tahun sudah bisa selesai. Jadi, ekstensi di UI memang makan waktu lebih lama.

5. Dari segi banyak tugasnya, mungkin hanya 70% benar. Kalau dibandingkan dengan kampus lain, bisa jadi memang tugasnya jadi tampak segambreng, tapi alhamdulillah masih bisa ke-cover ngerjain tugas di sela-sela bekerja.

6. Dari segi dapat nilainya susah, ini bener banget, haha. Kalau perihal ini banyak faktor juga sih kalau saya bilang. Dari faktor dosen yang memang ngasih ilmunya luar biasa tapi strict di nilai, faktor saya sambil bekerja jadi nggak bisa full belajar, faktor luck juga ada. Soalnya kayaknya kuliahnya gampang dan masuk banget gitu ilmunya, tapi begitu ujian satu kelas nilainya 30, 40, gitu hahahahaha.

7. Jangka waktu kuliah yang lama ini berimbas ke biaya. Uang pangkal di ekstensi FEUI tarifnya adalah Rp12.500.000 dan bayaran tiap semester/BOP saya adalah Rp10.000.000 (tahun 2016-2017), Semakin banyak semester yang kamu ambil, semakin banyak juga biaya yang harus kamu keluarin.

8. Setiap mata kuliah memiliki silabus, yang memuat semua informasi dan "kontrak" terkait mata kuliah tersebut. Informasinya antara lain tentang buku apa yang digunakan di mata kuliah tersebut, persentase nilai tugas, UTS, UAS, kuis, dll, jadwal pertemuan dan bab yang dibahas di pertemuan tersebut, dan masih banyak lagi. Jadwal perkuliahannya pun jelas. Jadi you're able to expect apa sih yang akan terjadi satu semester ini. Meskipun sebenernya semua kembali lagi kepada dosen, sih.

9. Untuk buku saya banyak beli di tokopedia dan bukalapak sih. Karena nggak ada waktu buat hunting buku offline. Selain itu juga ada ebook yang dishare teman-teman, jadi bisa lebih menghemat juga (apalagi yang dapat hibahan ipad dari pacar-sekarang-suami kayak saya, haha). Kalkulator, ini penting juga. Saya satu semester sudah habis dua kalkulator, karena yang pertama, yang beli di bhinneka.com saya ilangin. Selanjutnya nyoba beli di Citra Calculator di Senen Jaya ternyata lebih murah 10-20 ribu. Yang ternyata toko itu juga punya lapak di tokopedia

10. Berikut beberapa alamat website yang membantu saya selama perkuliahan (kalau ada tambahan silakan share di kolom komentar, ya)
a. http://mss-febui.com/millions/
Ini adalah website tempat mencari soal-soal ujian tahun sebelumnya. Bermanfaat banget untuk belajar UTS dan UAS karena soal-soal tahun lalu biasanya masih ada kesamaan tipe soal dengan soal tahun ini.
b. https://management06.wordpress.com/
Blog ini bermanfaat buat kamu yang ingin kepoin karakter dosen kamu. Kamu bisa search nama dosen yang diinginkan, kemudian di comment sectionnya bisa dibaca testimoni mantan mahasiswa dosen tersebut. Jadi sebelum pilih dosen untuk semester mendatang, kepoin dulu seperti apa karakter dosen tersebut. Jangan sampai pilih dosen yang pelit nilai atau galak :p
c. https://academic.ui.ac.id
Ini standar sih, websitenya mahasiswa UI. Semua informasi yang kamu butuhkan ada di situ. Nilai, pembayaran kuliah, jadwal kuliah, dan lain-lain.

Nah, kira-kira itu sih my rambling about my exotic creepy campus. Kalo ada yang mau ditanyain, comment boleh tapi lebih cepet reach me via social media. See you!










Wednesday, 19 July 2017

Life: My Campus is Not The Prettiest...


Post ini akan berisi tentang cerita saya kuliah lagi. Post ini sebenarnya lebih akan ditujukan ke saya sendiri sih, sebagai pengingat, supaya saya selalu ingat kronologis ceritanya (soalnya saya pelupa berat) so hopefully future me won't take it for granted.

Beberapa waktu lalu saya sempat mengalami kegalauan akut karena saya ingin kuliah lagi tapi belum dapat izin dari kantor. Kuliah lagi itu such a big deal for me, salah satunya adalah karena saat itu adalah tahun 2016, yang berarti saya sudah do nothing selama 4 tahun. Meskipun ya saya memang bekerja selama tahun-tahun tersebut, which not necessarily do nothing as I said before sih.

Ada beberapa pertimbangan mengapa saya daftar ke universitas untuk kuliah lagi padahal kantor belum izinkan. Pertamanya, saya gagal paham sama peraturan kantor yang baru ngasih izin untuk kuliah lagi setelah total 3 tahun bekerja. Kalau belum kerja 3 tahun, kuliah saya nggak bakal diakui kantor. Karir bakal susah berkembang, bahkan mungkin stuck. Karena jenjang pendidikan masih memegang peran penting di struktur organisasi kantor. Jadi kalo nggak upgrade sekolahan agak susah mau promosi gitu deh.

Tahun kerja saya adalah 2,5. I know, tinggal sedikit lagi. Cukup enam bulan lagi maka saya sudah bisa kuliah sekaligus comply dengan peraturan kantor. Tapi setelah beberapa kontemplasi, saya sadar ini bukan masalah waktu.

Saya ingin membuktikan--pada diri saya sendiri--bahwa tetap saya yang in charge terhadap diri saya. Ini hidup saya, keputusan saya. Saya yang memutuskan apa yang mau saya ikuti dan apa yang tidak. Dalam hal ini, saya memutuskan tidak mengikuti peraturan kantor. Saya nggak mau karena kantor nggak bolehin kuliah, saya jadi terpaksa nurut. Kalaupun saya nurut, itu harus karena keputusan saya. Saya yang memutuskan untuk nurut dengan keputusan kantor. For every reason. Jadi kira-kira, apapun kondisi dan keadaannya, I want to be the decision maker of my own life. Mau terus saya hajar, ataupun saya nurut. Kira-kira gitu.

Saat itu, yang sedang dibuka pendaftarannya adalah Universitas Indonesia. Letak UI pusat di Depok memang jauh dari kantor saya di Jakarta Pusat. Tapi, UI punya kampus untuk pascasarjana dan ekstensi Fakultas Ekonomi di daerah Salemba. Cucok banget sama saya yang backgroundnya keuangan dan Salemba itu deket banget sama kantor saya. Yaaa, 20 - 40 menit kalau macet lah dan bisa 10 menit aja kalau lancar. 

Later that week, di bulan Juli, saya untuk pertama kalinya membuat akun di penerimaan.ui.ac.id. Singkat cerita, saya tes SIMAK UI di Depok tanggal 31 Juli, kemudian pengumuman penerimaan tanggal 15 Agustus. Shout out to my boyfriend (saat post ini dibuat masih boyfriend, sekarang sudah jadi suami hehe), Aditya, yang sangat suportif pada minggu-minggu belajar menjelang ujian. Pas weekend ujian aja bahkan dianter dan ditungguin dari pagi sampai sore.

Alhamdulillah saya diterima. Resmi sudah menjadi mahasiswa program ekstensi Fakultas Ekonomi UI. Mahasiswa illegal (dari sudut pandang kantor saya), dan seorang pegawai penuh waktu. Saya mau mengetikkan kalimat klise ah; dan kehidupan baru sebagai mahasiswa pun dimulai...

Jadi.. my campus is not the prettiest. Itu kompleks bangunannya asli singup, kurang terawat, dan horror. Perjalanan bisa ngampus pun bumpy :" tapi begitu kamu memasuki kelas yang sederhana itu, duduk di kursi single-bermeja-ala-mahasiswa itu, mendengarkan dosen bertutur, and your mind started to blow... semua kesulitan yang kamu hadapi jadi ngga ada artinya karena kamu sungguh bahagia.







Back to Top